Shisha kerap dijadikan alternatif rokok yang dianggap lebih aman. Shisha juga memiliki varian rasa yang cukup beragam untuk dinikmati sehingga dinilai lebih ringan. Namun, anggapan shisha lebih aman keliru karena “rokok berperisa’ ini punya bahaya yang setara dengan rokok tembakau. Tahukah Anda bahwa mengisap shisha selama 45 hingga 60 menit sama dengan menghabiskan satu bungkus rokok? Simak penjelasannya berikut ini.
Apa itu shisha?
Shisha atau hookah adalah istilah dari Mesir untuk menyebut pipa air dengan tabung panjang yang terhubung ke sebuah wadah.
Pipa ini digunakan untuk mengisap campuran tembakau rasa buah yang dibakar di atas wadah dengan menggunakan arang khusus.
Hasil pemanasan ini kemudian mendorong asap ke dalam wadah air yang nantinya akan menguap. Uap inilah yang nantinya dihirup melalui selang untuk dinikmati.
Hookah pertama kali ditemukan ratusan tahun yang lalu di Timur Tengah. Namun, saat ini, popularitasnya juga sudah mendunia dari mulai Asia, Amerika, hingga Eropa.
Kandungan shisha
Berikut ini adalah kandungan utama dalam shisha atau hookah:
- Tembakau, yang dimaniskan dengan gula buah atau gula molase yang salah satunya mengandung nikotin.
- Perasa, seperti apel, mangga, kelapa, mint, stroberi, atau kola.
- Kayu, batu bara, atau arang untuk memanaskan tembakau dan menciptakan asap.
Kandungan gula buah atau gula molase ini membuat asapnya lebih aromatik dibandingkan dengan asap rokok.
Oleh karena itu, banyak orang menganggap bahwa asap hookah jauh lebih aman karena baunya kurang menyengat daripada rokok.
Padahal, asap hookah mengandung berbagai senyawa beracun seperti:
- karbon monoksida,
- tar,
- dan logam berat.
Berbagai senyawa ini tak ada yang membawa manfaat untuk tubuh. Sebaliknya, senyawa ini justru bisa memicu masalah kesehatan, terutama jika diisap terus-menerus.
Apakah shisha menyebabkan kecanduan seperti rokok?
Hookah mengandung tembakau, yaitu bahan yang juga terdapat di dalam rokok.
Tembakau mengandung berbagai senyawa berbahaya seperti nikotin, tar, dan logam berat termasuk timah dan arsenik.
Nikotin merupakan bahan kimia yang menyebabkan kecanduan saat Anda mengisap atau mengonsumsi tembakau.
Nikotin bisa mencapai otak kurang lebih dalam 8 detik setelah terhirup. Saat hookah diisap, darah membawa nikotin ke kelenjar adrenalin dan memicu produksi hormon adrenalin.
Hal ini membuat detak jantung dan tekanan darah meningkat, sedangkan nafsu makan justru berkurang.
Selain itu, nikotin membuat Anda menjadi lebih terjaga. Inilah mengapa nikotin kerap menjadi pelarian saat seseorang merasa mengantuk atau stres.
Seiring berjalannya waktu, nikotin bisa membuat otak mengalami kebingungan. Hal ini membuat Anda merasa ada yang kurang dan cemas jika tidak mengonsumsinya.
Akibatnya, Anda akan mencari-cari produk nikotin untuk menghilangkan sensasi ini. Oleh karena itulah, baik rokok maupun shisha, keduanya bisa membuat seseorang mengalami kecanduan.
Bahaya shisha yang merusak kesehatan
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika (CDC) menyatakan bahwa tembakau untuk merokok maupun shisha (hookah) berisiko serius bagi kesehatan.
Studi yang disebutkan dalam situs tersebut menunjukkan bahwa paparan asap shisha sama beracunnya dan berbahayanya dengan asap rokok.
Dalam satu jam, shisha biasanya diisap hingga 200 kali, sedangkan rokok rata-rata hanya sekitar 20 isapan.
Selain itu, jumlah asap yang dihirup selama mengisap shisha sekitar 90.000 mililiter (ml), tetapi saat merokok hanya 500-600 ml.
Hal ini membuat racun hookah banyak diserap ke dalam tubuh dan memicu timbulnya berbagai efek samping untuk kesehatan.
Berikut beberapa bahaya atau efek samping shisha:
1. Meningkatkan risiko kanker
Rokok shisha punya efek samping yang tak main-main, yaitu bisa meningkatkan risiko kanker.
Sebuah penelitian dalam International Archives Of Medicine menyatakan bahwa asap tembakau dalam hookah mengandung 4.800 bahan kimia berbeda dan 69 di antaranya menyebabkan kanker.
Tak hanya itu, mengisap hookah ternyata bisa menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan beberapa jenis kanker.
Kadar antioksidan dan vitamin C di dalam tubuh mereka ternyata lebih rendah dibandingkan dengan yang bukan perokok.
Padahal, keduanya menjadi nutrisi penting yang dibutuhkan untuk mencegah kanker.
Arang yang digunakan untuk memanaskan tembakau pada shisha pun bahaya untuk tubuh.
Ini karena arang shisha memproduksi karbon monoksida, logam, dan bahan kimia lain yang menyebabkan kanker.
Tak hanya kanker paru, tembakau dan asap shisha juga mengandung racun yang menjadi penyebab kanker kandung kemih dan mulut.
Selain itu, beberapa penelitian lain juga menyebutkan bahwa hookah bisa menyebabkan kanker tenggorokan, pankreas, kandung kemih, dan prostat.
2. Meningkatkan risiko penyakit jantung
Asap shisha mengandung bahan kimia berbahaya seperti pada rokok. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.
Penelitian ini membuktikan bahwa urine orang yang mengisap hookah dan perokok punya beberapa bahan kimia yang sama.
Karbon monoksida menjadi salah satu senyawa yang ditemukan di dalamnya.
Pada hookah, karbon monoksida ini berasal dari batu bara atau arang yang digunakan sebagai bahan bakar yang punya bahaya tak terelakkan.
Selain itu, sebuah studi yang diterbitkan dalam JRSM Open menemukan bukti bahwa para pengisap shisha punya kadar karbon monoksida di dalam tubuh tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan perokok.
Karbon monoksida adalah zat yang bisa mengurangi penyerapan oksigen oleh tubuh. Ini karena karbon monoksida bisa mengikat sel darah merah hingga 230 kali lebih kuat dari oksigen.
Oleh karena itu, menghirup terlalu banyak karbon monoksida bisa menurunkan kadar oksigen yang seharusnya diserap tubuh.
Ketika oksigen yang diserap terlalu rendah, berbagai organ penting termasuk jantung akan melemah dan terganggu kerjanya.
Selain itu, para peneliti juga menemukan bukti bahwa tekanan darah seseorang setelah mengisap hookah meningkat cukup tajam. Tekanan darah rata-rata naik dari 129/81 mmHg menjadi 144/90 mmHg.
Apabila kebiasaan ini diteruskan, Anda bisa mengalami tekanan darah tinggi kronis sehingga risiko penyakit jantung dan stroke meningkat.
3. Memicu masalah pada paru dan pernapasan
Para peneliti di New York membandingkan kesehatan pernapasan pada perokok shisha dengan mereka yang bukan perokok.
Dari hasil penelitian ditemukan fakta bahwa orang-orang yang merokok shisha kerap mengalami masalah pada paru-parunya.