backup og meta

Mengenal 6 Jenis Halusinasi yang Sering Mengintai Pikiran

Halusinasi bisa membuat seseorang melihat, mendengar, meraba, mengecap, atau mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Untuk mengetahui berbagai jenis halusinasi yang bisa memengaruhi indra pada tubuh Anda, simak ulasan selengkapnya di bawah ini.

Mengenal 6 Jenis Halusinasi yang Sering Mengintai Pikiran

Beragam jenis halusinasi yang umum terjadi

Halusinasi adalah sebuah sensasi palsu yang terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar. Kondisi ini membuat seseorang menyaksikan atau mengalami hal-hal yang tidak nyata.

Berbagai macam gangguan mental sering kali menjadi penyebab halusinasi, termasuk depresi, gangguan stres pascatrauma (PTSD), skizofrenia, demensia, hingga penyakit Alzheimer.

Namun terkadang, halusinasi juga dapat disebabkan oleh penyalahgunaan obat-obatan, minum alkohol secara berlebihan, atau kesedihan akibat kehilangan orang terdekat.

Seperti dijelaskan sebelumnya, halusinasi bisa memengaruhi pancaindra. Berikut ini penjelasan dari macam-macam halusinasi yang mungkin mengintai pikiran Anda.

1. Halusinasi pendengaran (auditori)

tipe halusinasi pendengaran

Mendengarkan suara bising, percakapan, atau musik yang tidak didengar orang lain ialah jenis paling umum dari halusinasi auditori pada pengidap gangguan mental, seperti skizofrenia.

Sekitar 70% orang dengan skizofrenia mengalami halusinasi pendengaran. Mereka mendengar suara dua orang atau lebih yang bercakap-cakap dan berkomentar tentang dirinya.

Suara yang didengarkan bisa bernada positif, negatif, maupun netral. Suara ini mungkin juga mengajak untuk melakukan sesuatu yang membahayakan diri dan orang lain.

2. Halusinasi penglihatan (visual)

Halusinasi visual merupakan sebuah persepsi yang salah terhadap apa yang Anda lihat. Di antara macam-macam halusinasi, inilah yang paling umum dirasakan oleh pengidap demensia.

Penglihatan yang muncul bisa sederhana, seperti bentuk, warna, dan kilatan cahaya. Namun, bisa juga cukup kompleks, misalnya melihat orang, hewan, atau situasi yang aneh.

Sebagai contoh, seseorang merasa ada orang lain yang berdiri di belakangnya, padahal tidak ada siapa-siapa dan orang lain pun tidak ada yang melihatnya.

https://hellosehat.com/sehat/gejala-umum/apa-itu-pareidolia-adalah/

3. Halusinasi penciuman (olfaktori)

mencium bau busuk

Halusinasi olfaktori melibatkan penciuman dari berbagai bau yang tidak ada. Bau ini biasanya tidak menyenangkan, seperti bau muntah, urine, feses, asap, atau daging busuk. 

Kondisi ini juga sering disebut sebagai phantosmia. Pada umumnya, halusinasi penciuman bisa diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf pada bagian indra penciuman. 

Kerusakan mungkin disebabkan virus, trauma, tumor otak, hingga paparan zat beracun atau obat-obatan. Selain itu, kondisi ini juga dapat dialami oleh pengidap epilepsi.

4. Halusinasi pengecapan (gustatori)

Jenis halusinasi lainnya ialah halusinasi gustatori, yakni sebuah persepsi yang salah mengenai rasa. Biasanya, pengalaman yang dirasakan ini tidak menyenangkan. 

Sebagai contoh, saat ngopi bersama teman Anda mungkin mengeluhkan mengecap rasa logam pada minuman Anda. Padahal, orang lain merasakan rasa kopi pada umumnya.

Jenis halusinasi ini bisa berlangsung terus-menerus. Kondisi ini lebih sering terjadi pada pengidap gangguan medis seperti epilepsi dibandingkan dengan gangguan mental.

https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/delusi-dan-halusinasi-apa-bedanya/

5. Halusinasi sentuhan (taktil)

rasa gatal, formikasi

Halusinasi taktil merupakan sebuah persepsi atau sensasi palsu terkait sentuhan maupun sesuatu yang terjadi di dalam atau di luar tubuh. 

Anda mungkin merasa seperti ada sesuatu yang bergerak pada permukaan atau di bawah kulit. Pada dunia medis, kondisi ini sendiri disebut sebagai formikasi.

Contoh lain dari halusinasi sentuhan yaitu perasaan tersetrum atau merasa disentuh orang lain, tetapi tidak ada orang di sekitarnya. 

6. Halusinasi temporer

Tipe halusinasi ini bisa seseorang alami bila memiliki kedekatan hubungan dengan orang lain, misalnya ketika orang terdekat baru saja meninggal dunia.

Kondisi stres dan depresi yang dialami membuat mereka mungkin mendengar suara maupun melihat orang yang telah meninggal meski orang lain tidak melilhatnya.

Halusinasi temporer biasanya berlangsung dalam waktu singkat. Kondisi ini akan menghilang begitu rasa sakit karena kehilangan mulai mereda.

Berbagai jenis halusinasi mungkin dapat membahayakan diri pengidapnya dan orang yang berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan perawatan terhadapnya.

Pengobatan halusinasi tergantung penyebabnya. Umumnya, konseling psikologi dan konsumsi obat-obatan dapat membantu pengidap halusinasi mengendalikan gejala yang dialami.

Jika Anda atau orang terdekat mengalami kondisi ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikolog untuk memperoleh penanganan terbaik.

Kesimpulan

  • Halusinasi adalah gangguan yang membuat seseorang mendengar, merasa, mencium, atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
  • Macam-macam halusinasi terdiri dari halusinasi suara (auditori), halusinasi penglihatan (visual), halusinasi penciuman (olfaktori), halusinasi pengecapan (gustatori), halusinasi sentuhan (taktil), dan halusinasi temporer.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hallucinations. MedlinePlus. (2020). Retrieved 3 August 2022, from https://medlineplus.gov/ency/article/003258.htm

Hallucinations. Cleveland Clinic. (2022). Retrieved 3 August 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/23350-hallucinations

Hallucinations and hearing voices. NHS UK. (2022). Retrieved 3 August 2022, from https://www.nhs.uk/mental-health/feelings-symptoms-behaviours/feelings-and-symptoms/hallucinations-hearing-voices/

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM-5. American Psychiatric Association Publishing.

O’Brien, J., Taylor, J., Ballard, C., Barker, R., Bradley, C., & Burns, A. et al. (2020). Visual hallucinations in neurological and ophthalmological disease: pathophysiology and management. Journal Of Neurology, Neurosurgery &Amp; Psychiatry, 91(5), 512-519. https://doi.org/10.1136/jnnp-2019-322702

Chaudhury, S. (2010). Hallucinations: Clinical aspects and management. Industrial Psychiatry Journal, 19(1), 5. https://doi.org/10.4103/0972-6748.77625

Hugdahl, K. (2008). Auditory hallucinations in schizophrenia: the role of cognitive, brain structural and genetic disturbances in the left temporal lobe. Frontiers In Human Neuroscience, 1. https://doi.org/10.3389/neuro.09.006.2007

Versi Terbaru

19/08/2022

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Meski Berbeda, Bisakah Halusinasi dan Delusi Terjadi Secara Bersamaan?

Shopaholic: Gangguan Mental atau Sekadar Hobi?


Ditinjau oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF) · Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Diperbarui 19/08/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan