Klortalidon atau chlorthalidone merupakan obat untuk mengontrol hipertensi, edema, dan diabetes insipidus. Penggunaan obat ini harus sesuai pengawasan dokter.
Golongan obat: Antihipertensi
Merek dagang klortalidon: – (belum tersedia di Indonesia)
Apa itu obat klortalidon?
Klortalidon adalah obat untuk mengatasi hipertensi dan retensi cairan, yang disebabkan oleh penyakit jantung. Obat ini dikategorikan dalam kelompok thiazide diuretics.
Cara kerja chlorthalidone yaitu memengaruhi ginjal untuk mengeluarkan cairan dan garam yang tidak diperlukan tubuh melalui urin. Berikut beberapa kegunaan obat ini.
- Mengontrol tekanan darah tinggi (hipertensi).
- Mengatasi gagal jantung.
- Mengurangi penumpukan cairan (edema) yang jadi peyebab penyakit ginjal dan hati.
- Mengatasi diabetes insipidus, kondisi di mana volume air seni seseorang terlalu banyak dan sering haus.
https://hellosehat.com/jantung/hipertensi/cara-menurunkan-tekanan-darah/
Dosis klortalidon
Klortalidon merupakan obat diuretik yang dikonsumsi secara oral (diminum). Obat ini tersedia dalam bentuk tablet.
Berikut dosis penggunaan chlorthalidone secara umum.
Hipertensi
- Dewasa: Dosis awal 12,5 – 25 mg/hari, diberikan tanpa atau dengan obat antihipertensi lain. Dosis mungkin ditingkatkan menjadi 50 mg/hari jika diperlukan.
- Anak: Dosis diberikan sesuai berat badan anak. Dosis awal 0,5 – 1 mg/kg, dikonsumsi setiap 48 jam. Dosis yang diberikan bisa lebih besar sesuai kondisi pasien, maksimal 1,7 mg/kg dengan jarak waktu konsumsi 48 jam.
- Lansia: Dosis awal 6,25 – 12,5 mg/hari. Dosis yang diberikan bisa lebih besar sesuai kondisi pasien, maksimal 25 mg/hari.
Diabetes insipidus
- Dewasa: Dosis awal 100 mg, dikonsumsi dua kali sehari. Dosis perawatan 50 mg/hari sesuai kondisi pasien.
- Anak: Dosis diberikan sesuai berat badan anak. Dosis awal 0,5 – 1 mg/kg, dikonsumsi setiap 48 jam. Dosis yang diberikan bisa lebih besar sesuai kondisi pasien, maksimal 1,7 mg/kg dengan jarak waktu konsumsi 48 jam.
Edema, termasuk yang berkaitan dengan gagal jantung
- Dewasa: Dosis awal 25 – 50 mg/hari, dapat diberikan dengan digitalis, ACE inhibitor, atau keduanya. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 100 – 200 mg dalam kasus yang parah. Dosis perawatan 25 – 50 mg/hari.
- Anak: Dosis diberikan sesuai berat badan anak. Dosis awal 0,5 – 1 mg/kg, dikonsumsi setiap 48 jam. Dosis yang diberikan bisa lebih besar sesuai kondisi pasien, maksimal 1,7 mg/kg dengan jarak waktu konsumsi 48 jam.
Perlu diingat, dosis di atas tidak bisa dijadikan pedoman pasti dalam penggunaan obat. Untuk mendapatkan dosis yang sesuai dengan kondisi Anda, konsultasikan ke dokter.
Aturan pakai klortalidon
Chlorthalidone dikonsumsi dengan cara diminum. Obat ini dikonsumsi satu kali sehari setelah makan, lebih disarankan usai sarapan.
Gunakan obat sesuai dengan resep dokter. Jangan menggunakan obat ini menambahkan atau mengurangi dosis tanpa persetujuan dokter.
Pastikan Anda mengikuti petunjuk pada label resep. Dokter mungkin mengubah dosis untuk memastikan hasil yang terbaik dari pengobatan ini.
Perlu diingat, fungsi chlorthalidone yaitu mengontrol hipertensi, bukan mengobati. Jika kondisi Anda sudah membaik, tetap minum obat secara rutin.
Jangan menggandakan dosis obat jika Anda melewatkan dosis sebelumnya. Selalu gunakan obat pada waktu yang sama setiap hari.
Dalam menyimpan obat ini, ikuti petunjuk yang ada di kemasan. Umumnya, obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauh dari cahaya langsung atau tempat lembap.
Efek samping klortalidon
Seperti obat pada umumnya, konsumsi chlorthalidone dapat menimbulkan sejumlah efek samping. Berikut beberapa efek samping yang umum terjadi.
- Otot terasa lemah.
- Kram.
- Rasa haus.
- Sakit pada perut.
- Muntah.
- Diare.
- Kehilangan nafsu makan.
- Sakit kepala.
- Rambut rontok.
Dalam beberapa kasus, penggunaan obat ini dapat memicu efek samping serius. Segera periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami kondisi seperti:
- sakit tenggorokan disertai demam,
- perdarahan atau lebam tak biasa,
- ruam parah disertai kulit yang mengelupas, dan
- kesulitan bernapas atau menelan.
Efek samping pada setiap orang dapat berbeda. Jika Anda mengalami efek samping yang tidak disebutkan di atas, konsultasikan ke dokter.
Peringatan dan perhatian saat pakai klortalidon
Sebelum menggunakan obat, beberapa hal perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko yang mungkin ditimbulkan. Jika Anda hendak mengonsumsinya, sampaikan pada dokter soal hal-hal berikut.
- Riwayat alergi terhadap klortalidon atau obat sejenis.
- Obat resep atau non-resep yang sedang Anda jalani.
- Pernah atau sedang menderita kondisi seperti diabetes, gout (asam urat), sakit ginjal, sakit liver, penyakit tiroid, dan gangguan paratiroid.
- Sedang atau berencana untuk hamil dan menyusui.
- Berencana menjalani operasi, termasuk operasi gigi.
- Hendak melakukan aktivitas yang mengharuskan terkena paparan cahaya matahari.
Nantinya, dokter akan mempertimbangkan apakah Anda boleh menggunakan obat atau tidak. Konsumsi obat tanpa izin dokter dapat berbahaya bagi Anda.
https://hellosehat.com/jantung/hipertensi/obat-darah-tinggi/
Apakah obat klortalidon aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Berdasarkan data FDA, obat ini masuk dalam kategori B. Ini berarti, belum ada temuan yang menunjukkan risiko penggunaannya pada ibu hamil.
Namun, penggunaan diuretik untuk mengatasi hipertensi dan edema pada ibu hamil sebaiknya dihindari. Penggunaannya disebut meningkatkan risiko hipovolemia.
Ketika kondisi tersebut terjadi, jumlah darah dan cairan dalam tubuh akan berkurang secara drastis. Selain itu, beberapa laporan juga menyebut bahwa penggunaan obat ini dapat memicu:
- masalah pada sumsum tulang janin,
- trombositopenia, dan
- jaundice pada janin atau bayi baru lahir.
Sementara itu, pada ibu menyusui, konsumsi obat klortalidon dapat masuk ke dalam ASI. Kondisi tersebut dapat memengaruhi kesehatan bayi.
Oleh sebab itu, saat sedang menyusui, Anda harus memilih antara meminum obat atau tetap memberikan ASI. Agar langkah yang diambil tepat, konsultasikan ke dokter.
Interaksi obat klortalidon dengan obat lain
Chlorthalidone dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain. Sampaikan pada dokter apabila Anda mengonsumsi obat-obatan seperti:
- obat hipertensi lain seperti ACE inhibitor, ARBs, dan beta – blocker,
- obat diabetes,
- digoksin, dan
- lithium.
Daftar di atas mungkin tidak mencakup semua obat yang dapat berinteraksi dengan chlorthalidone. Maka dari itu, pastikan berkonsultasi dengan dokter sebelum memakai obat ini.
Fakta seputar klortalidon
- merupakan obat untuk mengatasi hipertensi, edema, dan diabetes insipidus.
- bekerja dengan cara mengeluarkan cairan dan garam yang tidak diperlukan tubuh lewat urine.
- dosis penggunaan berbeda pada setiap orang, tergantung penyakit dan usianya.
- masuk dalam kategori B dari FDA, jadi aman dikonsumsi oleh ibu hamil.
- tidak boleh digunakan dengan obat seperti obat diabetes, digoksin, dan lithium karena bisa memicu interaksi.
[embed-health-tool-bmi]