Meningkatnya angka kasus COVID-19 harian semakin menimbulkan kecemasan akan tertular penyakit menular satu ini, atau penyakit lainnya. Pasalnya, jika tubuh sudah drop dan tidak mampu menahan serangan virus dari luar, siapa pun akan rentan jatuh sakit. Oleh sebab itu, beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko penularan berbagai penyakit di masa pandemi adalah dengan menerapkan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas). Selain itu, perhatikan asupan nutrisi sehat dan seimbang yang masuk ke dalam tubuh. Bila perlu, pastikan tubuh mendapatkan asupan tambahan vitamin C, vitamin D, dan zinc dalam bentuk suplemen.
Alasan mengonsumsi vitamin C, D dan Zinc
Pandemi COVID-19 membuat siapa pun menyadari pentingnya mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, terutama nutrisi dengan efek imunomodulator (mampu memicu respon sistem kekebalan). Efek ini dapat mendukung pertahanan kekebalan alami tubuh jika terjadi infeksi virus atau lainnya.
Melansir penelitian University of São Paulo, beberapa nutrisi mikronutrien yang diyakini dapat memicu fungsi kekebalan dan mengurangi risiko infeksi adalah vitamin C, vitamin D, dan zinc. Aktivitas imunomodulasi ketiganya telah terbukti kuat dapat bekerja dengan baik. Bahkan, kekurangan asupan ketiga nutrisi tersebut dapat mengganggu metabolisme tubuh.
Pada Juni lalu, Kementerian Kesehatan pun merekomendasikan vitamin C, D dan zinc sebagai obat terapi untuk meredakan gejala COVID-19. Ketiganya direkomendasikan untuk dikonsumsi oleh pasien dengan gejala ringan hingga gejala berat.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai fungsi imunomodulator maupun manfaat lainnya dari ketiga nutrisi di atas, simak ulasannya berikut ini.
Manfaat vitamin C
Vitamin C merupakan mikronutrien yang esensial bagi manusia. Vitamin ini berperan untuk menyembuhkan luka, dan merupakan antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas berbahaya pada tubuh manusia.
Konsumsi vitamin C pun diperlukan untuk membentuk kolagen yang dibutuhkan di berbagai sistem tubuh, seperti saraf, sistem kekebalan, tulang, dan darah.
Sementara dalam hal meningkatkan sistem kekebalan tubuh, vitamin C dapat merangsang aktivitas produksi sel darah putih, yang meliputi limfosit dan fagosit. Kedua komponen ini diperlukan untuk menghasilkan antibodi.
Namun, tubuh tidak dapat memproduksi vitamin C. Oleh sebab itu, nutrisi ini harus didapatkan dari makanan atau suplemen. Buah-buahan dan sayuran merupakan sumber makanan yang paling banyak mengandung vitamin C, seperti:
- Berbagai jenis jeruk (lemon, jeruk nipis, jeruk bali)
- Kiwi
- Paprika
- Stroberi
- Tomat
- Brokoli
- Kubis
- Kembang kol
Keuntungan mengonsumsi vitamin D
Vitamin D merupakan vitamin yang unik karena dapat diproduksi oleh kulit hanya dengan bantuan paparan sinar matahari.
Menurut Journal of Pharmacology & Pharmacotherapeutics, vitamin D yang diproduksi di kulit dapat bertahan setidaknya dua kali lebih lama di dalam darah dibandingkan dengan vitamin D yang kita konsumsi dari makanan maupun suplemen.
Meski begitu, asupan vitamin D yang kita dapatkan sebaiknya tidak hanya dari satu sumber saja. Selain dari berjemur di bawah sinar matahari langsung, pastikan Anda mendapatkan asupan vitamin D dari makanan seperti ikan yang kaya akan minyak, seperti salmon, mackerel, dan herring, serta suplemen.
Asupan vitamin D yang cukup dapat membantu mengatur kalsium dan fosfat dalam tubuh. Kedua nutrisi ini dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang, gigi, dan otot.
Selain itu, vitamin D juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Vitamin ini turut berperan penting untuk meningkatkan respon imun, dan bersifat anti-inflamasi (peradangan) yang mana sangat penting untuk pertahanan imunitas tubuh.
Bahkan, kekurangan vitamin D sering kali diasosiasikan dengan gangguan terkait kekebalan, seperti penyakit autoimun dan gangguan pernapasan.
Zinc untuk kesehatan tubuh
Selama ini, zinc dikenal sebagai nutrisi yang dapat mengkatalisis lebih dari 1000 enzim, berkontribusi dalam pembentukan struktur protein dan mengatur gen.
Nutrisi satu ini bisa didapatkan dari daging merah, hati ayam, susu dan keju. Maka dari itu, siapa pun yang menerapkan diet vegan rentan mengalami kekurangan zinc akibat berhenti mengonsumsi produk hewani. Tak perlu khawatir, asupan zinc tetap bisa didapatkan dari suplemen tambahan.
Di masa pertumbuhan dan kehamilan, zinc juga sangat dibutuhkan oleh anak-anak dan ibu hamil. Pasalnya, kekurangan zinc dapat menyebabkan beberapa masalah seperti gangguan pertumbuhan, malnutrisi, dan diare.
Namun, tahukah Anda? Zinc ternyata juga memiliki aktivitas antivirus, yang berarti dapat meningkatkan fungsi sel kekebalan untuk melawan infeksi virus atau mengurangi kemampuan reproduksi virus.
Setelah mengetahui beragam manfaat kesehatan dari masing-masing nutrisi, khususnya yang terkait dengan kekebalan, akan lebih optimal jika Anda mengombinasikan vitamin C, D, dan zinc yang kini tersedia dalam bentuk suplemen.
Pilihan suplemen kombinasi vitamin C, D, dan zinc
Kini, kombinasi vitamin C, D dan zinc telah tersedia dalam bentuk suplemen satu suap, dan memiliki takaran yang tepat dalam satu tablet. Misalnya, suplemen dengan kandungan vitamin C 1.000 mg, vitamin D 400 IU dan zinc 10 mg.
Keamanan suplemen vitamin C 1.000 mg kerap kali diragukan karena melebihi target Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian. Selain itu, sistem pencernaan manusia pun memiliki kemampuan yang terbatas dalam penyerapan vitamin C.
Meski begitu, vitamin C dengan dosis 1.000 mg pada individu yang sehat tidak berbahaya untuk tubuh. Perlu diketahui bahwa batas dosis maksimal konsumsi vitamin C harian adalah 2.000 mg.
Pastikan juga Anda memilih suplemen kombinasi vitamin C, dan, dan zinc dengan rasa buah yang menyegarkan dan lezat.
Sediaan dari suplemen pun sebaiknya dalam bentuk tablet effervescent yang mudah larut dan dapat mempercepat penyerapan nutrisi, serta ramah bagi lambung.
[embed-health-tool-bmi]