Balsem sering digunakan oleh orang dewasa untuk mengobati batuk, pilek, sampai tubuh pegal-pegal. Lalu, bagaimana dengan si kecil? Bolehkah bayi menggunakan balsem? Berikut penjelasan lengkapnya, Bu.
Bolehkah bayi memakai balsem?
Bila ibu ingin mengoleskan balsem pereda flu pada bayi, perhatikan usia si kecil dan bahan yang digunakan.
Penelitian yang ditulis dalam Journal of Tropical Pediatrics, minyak camphor adalah salah satu bahan yang sering digunakan dalam balsem pereda flu.
Namun, penelitian menemukan fakta bahwa minyak camphor bisa menimbulkan beberapa efek pada bayi usia di bawah 2 tahun.
Berdasarkan penelitan tersebut, efek samping dari minyak camphor pada bayi adalah:
- Kejang pada bayi
- Ataksia
- Mual dan muntah
Meski begitu, balsem tetap bisa digunakan pada anak usia di atas 2 tahun.
American Academy of Pediatrics ( AAP) melakukan penelitian pada 138 anak-anak berusia 2-11 tahun yang sedang mengalami batuk pilek.
Metode penelitiannya, balsem dioleskan pada dada anak sebelum tidur selama dua hari berturut-turut. Hasilnya, batuk dan pilek anak semakin mereda pada malam kedua.
Balsem juga mengurangi sesak, sulit tidur, dan hidung tersumbat yang membuat anak tidak nyaman.
Penelitian tersebut hanya dilakukan pada kelompok kecil, sehingga masih membutuhkan pendalaman lebih lanjut.
Anda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk menyesuaikan dengan kondisi anak.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Apa yang harus diperhatikan saat mengoles balsem pada bayi?
Sebelum mengoleskan balsem pada bayi, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Perhatikan aturan pakai
Sebelum membeli balsem, pastikan membaca aturan pakai yang tertera di kotaknya. Untuk si kecil, pilih balsem yang dibuat secara khusus bagi bayi di bawah usia 2 tahun.
Bila Anda ingin menggunakan balsem pereda flu pada buah hati, perhatikan area tubuh tempat balsem dioles.
Tidak disarankan untuk mengoleskan balsem di bawah hidung bayi karena bisa menimbulkan iritasi kulit.
Sebaiknya oleskan di area dada dan punggung bayi yang kulitnya tidak lebih sensitif dari bawah hidung.
Tetap waspada terhadap alergi. Segera hubungi dokter bila terjadi ruam kulit, bentol, atau gatal-gatal pada kulit bayi setelah dioleskan balsem.
2. Teliti akan bahan yang terkandung dalam balsem bayi
Bila Anda ingin mengoleskan balsem untuk meredakan flu, ada dua bahan yang sering digunakan untuk balsem bayi, yaitu eucalyptus dan ekstrak chamomile.
Eucalyptus
Eucalyptus bermanfaat untuk membantu melancarkan pernapasan, meredakan hidung tersumbat, dan batuk berdahak.
Tanaman ini juga sering digunakan sebagai bahan kayu putih yang akrab digunakan sebagai penghangat tubuh.
Minyak telon dan kayu putih berbeda dari segi bahan baku. Minyak telon bisa dipakai bayi, sedangkan kayu putih tidak karena terlalu keras untuk kulit si kecil.
Chamomile
Saat bayi mengalami flu atau perut begah, ia akan lebih rewel karena merasa tidak nyaman.
Untuk mengatasinya, ibu bisa mengoleskan balsem bayi yang mengandung ekstrak chamomile pada perutnya.
Berdasarkan penelitian Mol Med Report, ekstrak chamomile terbukti membuat kualitas tidur orang dewasa maupun bayi menjadi lebih nyenyak.
Ekstrak tanaman ini juga memiliki efek relaksasi alami sehingga bisa mengurangi rewel pada bayi. Pijat perut bayi secara lembut untuk membuat si kecil lebih nyaman.
3. Hindari balsem dari bahan camphor (kamper)
Seperti yang sudah disebutkan di awal bahwa camphor atau kamper salah satu bahan di dalam balsem.
Namun, berdasarkan penelitian American Academy of Pediatrics ( AAP) penggunaan camphor tidak disarankan untuk bayi karena bisa menimbulkan efek kejang-kejang.
Biasanya, dokter tidak menyarankan penggunaan balsem yang mengandung camphor pada anak usia di bawah 2 tahun.
Namun, jika ingin menggunakannya, pilih balsem yang tidak mengandung camphor.
Untuk mengetahuinya, baca terlebih dahulu komposisi bahan dari balsem bayi yang tertera di kemasan produk.