Laktosa yang tidak dapat dicerna oleh sebagian orang memunculkan beragam gejala gangguan pencernaan. Kondisi ini disebut dengan intoleransi laktosa. Lalu, apa saja gejala umum intoleransi laktosa yang?
Daftar gejala intoleransi laktosa
Intoleransi laktosa terjadi ketika beberapa orang tidak menghasilkan cukup enzim laktase untuk mencerna laktosa. Laktosa yaitu jenis gula yang khusus terdapat dalam produk susu, seperti susu, mentega (butter), keju, dan es krim.
Ketika Anda tidak punya cukup laktase, perut tidak akan bisa mengolah laktosa menjadi energi sehingga menimbulkan gejala. Gejala intoleransi laktosa dapat muncul ketika Anda tidak dapat mencerna seluruh laktosa yang didapat dari asupan yang Anda konsumsi.
Lantas, apa saja gejala yang mungkin dialami oleh pengidap intoleransi laktosa?
1. Diare
Munculnya penyakit diare merupakan salah satu gejala khas dari intoleransi laktosa. Diare akibat intoleransi laktosa lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak daripada orang dewasa.
Menurut penjelasan dari jurnal Gastroenterology Clinics of North America, laktosa seharusnya akan difermentasi di dalam usus besar dan diubah menjadi asam lemak rantai pendek.
Sebagian besar asam lemak ini akan diserap kembali oleh tubuh, sementara sisanya dapat meningkatkan volume air yang dialirkan ke usus besar. Semakin banyak cairan dalam usus besar, semakin banyak pula air yang ikut terbawa bersama tinja.
Umumnya, diare terjadi apabila usus besar langsung menampung karbohidrat sebanyak 45 gram. Takaran karbohidrat tersebut setara dengan minum 3 – 4 cangkir susu saat perut kosong.
2. Sakit perut
Perut yang terasa sakit hingga melilit dan bergejolak setelah mengonsumsi produk susu adalah gejala intoleransi laktosa. Gejala ini bisa muncul pada bayi, anak-anak, dan dewasa yang mengidap intoleransi laktosa.
Menurut jurnal Alimentary Pharmacology and Therapeutics, sakit akan muncul ketika organ lambung tidak dapat memecah laktosa untuk disalurkan ke usus besar. Rasa sakit biasanya terletak di sekitar pusar dan bagian bawah perut.
Fermentasi laktosa ini menyebabkan pelepasan asam lemak rantai pendek serta gas seperti hidrogen, metana, dan karbon dioksida. Nah, peningkatan asam dan gas dalam perut inilah yang dapat memicu sensasi nyeri dan kram.
3. Kembung
Masih menurut jurnal Gastroenterology Clinics of North America, karbohidrat laktosa tidak dapat diserap oleh sel-sel yang melapisi usus besar. Namun, laktosa dapat difermentasi dan dipecah oleh bakteri alami yang hidup pada organ tersebut.
Bakteri yang mencerna laktosa akan menghasilkan gas dan usus akan menarik air berlebih dari dalam tubuh. Alhasil, usus yang digenangi banyak air dan terisi gas dapat merangsang sensasi perut kembung atau begah.
Gejala kembung yang terjadi tidak dipengaruhi oleh seberapa banyak produk susu yang Anda konsumsi. Akan tetapi, gejala intoleransi laktosa ini tergantung pada sensitivitas setiap orang sehingga intensitas nyerinya dapat terasa berbeda pada setiap orang.
Kembung umumnya juga disertai dengan gemuruh di perut (borborygmi). Ini terjadi ketika laktosa yang tidak bisa tercerna oleh bakteri di usus menghasilkan gas gerlebih. Gas yang mengisi saluran ini akan menimbulkan suara seperti perut keroncongan (meski tidak lapar).